Sejarah perlombaan senjata nuklir tak hanya diwarnai oleh adu kekuatan antara negara adidaya, tetapi juga oleh negara-negara berkembang yang ingin mencetak eksistensi strategis. Dari Timur Tengah hingga Asia Selatan, impian memiliki senjata pemusnah massal menjadi ambisi rahasia. Di antara semua negara Islam, hanya satu yang berhasil — Pakistan. Dan sosok di balik keberhasilan itu adalah Dr. Abdul Qadeer Khan, yang nyaris dihentikan oleh Mossad, badan intelijen legendaris Israel.
AQ Khan: Ilmuwan Metalurgi yang Mengubah Arah Sejarah
Lahir pada tahun 1936 di Bhopal, India (saat itu masih bagian dari Raj Britania), Abdul Qadeer Khan pindah ke Pakistan setelah partisi tahun 1947. Ia menempuh pendidikan teknik metalurgi di Jerman dan Belanda, lalu bekerja di URENCO, perusahaan pengayaan uranium di Belanda yang menjadi titik awal cerita intelijen yang membingungkan dunia.
Tanpa diduga, Khan membawa serta dokumen penting tentang teknologi sentrifugal — kunci utama dalam memperkaya uranium menjadi bahan bom nuklir. Setibanya di Pakistan, ia mengusulkan kepada pemerintah untuk membangun program senjata nuklir lokal sebagai respons atas ujicoba nuklir India tahun 1974.
Misi Mossad: Menghalangi Negara Islam Punya Senjata Nuklir
Keberhasilan Khan tak luput dari perhatian dunia — terutama Israel dan Amerika Serikat. Bagi Israel, keberadaan negara Islam bersenjata nuklir di kawasan Asia merupakan ancaman eksistensial. Mossad, badan intelijen terkenal yang pernah menculik ilmuwan Jerman di Amerika Latin dan menghancurkan reaktor Irak di Osirak (1981), mulai mengamati pergerakan Khan secara intensif.
Beredar laporan bahwa Mossad pernah mencoba:
-
Menyabotase program teknologi Pakistan melalui pengiriman komponen rusak.
-
Menyusupkan agen di dalam lingkaran kerja Khan di Kahuta, pusat riset nuklir Pakistan.
-
Merancang serangan langsung terhadap Khan, namun misi ini gagal karena Khan dijaga sangat ketat oleh militer Pakistan.
Hingga kini, belum ada dokumen resmi yang membuktikan keterlibatan langsung Mossad dalam upaya pembunuhan Khan, namun banyak analis menyebutkan bahwa Mossad pernah mempertimbangkan eliminasi fisik Khan seperti yang dilakukan terhadap ilmuwan Iran.
Pakistan Meledakkan Dunia: 1998, Operasi Chagai
Pada 28 Mei 1998, dunia dikejutkan oleh ujicoba nuklir Pakistan di daerah pegunungan Chagai, Baluchistan. Lima ledakan nuklir secara simultan menandai bahwa Pakistan telah menjadi kekuatan nuklir resmi ke-7 di dunia, dan satu-satunya negara Islam yang memiliki bom nuklir.
India, yang melakukan tes nuklir hanya beberapa minggu sebelumnya, segera menanggapi dengan retorika keras. Namun realita sudah tak terbantahkan: Pakistan kini memiliki kekuatan pemusnah massal yang setara dengan kekuatan besar dunia.
Dampak Global dan Dilema Dunia Islam
Bagi banyak negara Islam, keberhasilan Pakistan adalah kebanggaan sekaligus misteri. Mengapa hanya Pakistan? Mengapa negara Islam lain seperti Iran, Irak, atau Libya tak berhasil, bahkan ketika berusaha mati-matian?
Jawabannya kembali pada tiga hal:
-
Sumber daya manusia dan teknis, lewat Khan.
-
Keberanian politik dan militer, untuk menantang tekanan global.
-
Keteguhan terhadap tekanan internasional, termasuk sanksi dan embargo.
Khan: Dari Pahlawan ke Kontroversi
Meski dijuluki sebagai “Bapak Bom Atom Pakistan”, AQ Khan belakangan menjadi tokoh kontroversial karena dituduh menyebarkan teknologi nuklir ke Iran, Libya, dan Korea Utara. Pada 2004, di bawah tekanan AS, pemerintah Pakistan memaksanya mengakui jaringan penyebaran teknologi nuklir global yang ia bangun — meski banyak pihak menduga pengakuan itu dilakukan demi menenangkan Barat.
Khan kemudian dikenai tahanan rumah namun tetap dianggap pahlawan nasional oleh rakyat Pakistan. Ia wafat pada Oktober 2021 dalam usia 85 tahun, meninggalkan warisan yang tidak akan pernah dilupakan: Pakistan sebagai negara Islam nuklir pertama dan satu-satunya.
Penutup: Ketegangan Nuklir dan Masa Depan Dunia
Cerita Mossad yang gagal menghentikan AQ Khan adalah babak dalam sejarah panjang perlombaan senjata, intrik intelijen, dan perimbangan kekuatan dunia. Meski banyak yang melihat bom nuklir sebagai ancaman, bagi Pakistan itu adalah simbol pertahanan terakhir terhadap dominasi kekuatan regional dan global.
Kini, dunia hanya bisa berharap bahwa senjata tersebut tetap menjadi alat penyeimbang, bukan pemusnah — dan bahwa sejarah seperti ini tidak terulang di tengah ketegangan baru di kawasan Asia atau Timur Tengah.