Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran kembali memuncak dalam beberapa waktu terakhir. Salah satu wilayah yang selalu menjadi sorotan saat konflik antara kedua negara ini memanas adalah Selat Hormuz, jalur perairan sempit namun strategis yang memainkan peran vital dalam perdagangan global. Berikut adalah 4 fakta penting tentang Selat Hormuz yang menjadikannya titik panas dunia saat konflik mencuat.
1. Jalur Energi Terpenting Dunia
Selat Hormuz adalah salah satu jalur pelayaran paling vital di dunia, terutama untuk pengiriman minyak dan gas. Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab dan Samudra Hindia, menjadi rute utama ekspor minyak mentah dari negara-negara produsen di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Uni Emirat Arab, dan Kuwait.
Sekitar 20% dari total konsumsi minyak dunia melewati selat ini setiap harinya. Dengan kata lain, 1 dari setiap 5 barel minyak global dikirim melalui Selat Hormuz. Hal ini menjadikan wilayah ini sangat sensitif terhadap gangguan militer dan politik.
2. Lebar Hanya 39 Kilometer, Tapi Dijaga Ketat
Secara geografis, lebar Selat Hormuz hanya sekitar 39 km, dengan lebar jalur pelayaran (traffic lanes) sekitar 3 km untuk masing-masing arah. Meski sempit, selat ini menjadi rute super sibuk untuk kapal tanker raksasa. Akibatnya, keamanan di wilayah ini menjadi sangat krusial dan rentan terhadap insiden.
Iran memiliki posisi dominan di sisi utara selat dan kerap mengancam akan menutup Selat Hormuz sebagai bentuk perlawanan terhadap sanksi ekonomi dari AS atau sekutunya. Sementara itu, angkatan laut AS dan koalisi Barat rutin melakukan patroli untuk menjamin kelancaran jalur distribusi energi ini.
3. Lokasi Strategis Bagi Iran dan AS
Bagi Iran, Selat Hormuz adalah kartu truf strategis. Negara ini telah memperkuat kehadiran militernya di wilayah tersebut, lengkap dengan rudal jarak pendek, kapal cepat bersenjata, dan sistem anti-kapal.
Di sisi lain, AS memiliki pangkalan militer di Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat Arab, serta armada laut ke-5 yang berbasis di kawasan ini. Ketegangan kerap terjadi saat Iran melakukan manuver atau latihan militer di selat, yang oleh Washington dianggap sebagai ancaman kebebasan pelayaran internasional.
4. Pernah Jadi Medan Konfrontasi Langsung
Selat Hormuz bukan hanya jalur dagang, tetapi juga pernah menjadi arena bentrokan langsung. Salah satu kejadian paling terkenal terjadi pada 1988, ketika kapal perang AS USS Vincennes menembak jatuh pesawat sipil Iran Air 655 yang mengangkut 290 orang. Peristiwa ini terjadi dalam konteks ketegangan di Teluk Persia saat perang Iran-Irak.
Belakangan, insiden penangkapan tanker minyak dan sabotase kapal di dekat Selat Hormuz semakin memperkuat citra kawasan ini sebagai zona panas. Banyak pengamat menyebut bahwa jika pecah konflik besar antara Iran dan AS, Selat Hormuz bisa jadi titik awalnya.
Penutup
Selat Hormuz bukan sekadar jalur air biasa, tapi merupakan urat nadi energi dunia dan ajang perebutan pengaruh geopolitik global. Ketika ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran meningkat, kawasan ini hampir pasti menjadi episentrum krisis.
Stabilitas di Selat Hormuz berarti stabilitas bagi pasar energi dunia, dan setiap gangguan di wilayah ini bisa berdampak pada harga minyak, ekonomi global, dan keamanan internasional. Maka tidak heran jika dunia terus mengawasi dengan cemas apa yang terjadi di selat sempit ini—yang memiliki dampak luar biasa besar.