21 Bulan Invasi Israel ke Gaza, Warga Palestina: Ini Bukan Kehidupan

21 Bulan Invasi Israel ke Gaza

Gaza – Dua puluh satu bulan sudah, deru rudal dan dentuman artileri menjadi bagian dari rutinitas warga Gaza. Sejak Israel melancarkan operasi militer skala penuh ke wilayah itu, kehidupan warga Palestina berubah drastis — atau bahkan, hilang maknanya sama sekali.

“Ini bukan kehidupan, ini neraka yang berjalan setiap hari,” ujar Amal (37), seorang ibu tiga anak yang tinggal di Khan Younis. Rumahnya sudah rata dengan tanah. Suaminya hilang. Ia kini tinggal di tenda darurat, berbagi ruang sempit dengan lima keluarga lainnya.

Menurut data PBB dan lembaga kemanusiaan internasional, lebih dari 38.000 warga sipil tewas, ribuan di antaranya anak-anak. Infrastruktur luluh lantak. Rumah sakit penuh. Sekolah jadi puing. Listrik hanya hidup beberapa jam. Makanan, air bersih, dan obat-obatan nyaris tak tersedia.

Hidup dalam ketakutan dan kelaparan. Itulah keseharian di Gaza. Banyak yang memilih bertahan karena tidak ada tempat lain untuk pergi. Blokade Israel di darat, laut, dan udara memperparah kondisi.

“Setiap malam kami tidur tanpa tahu apakah masih bisa bangun esok hari,” kata Ahmed, remaja 16 tahun yang kini berhenti sekolah karena gedungnya hancur.

Meskipun kecaman internasional terus disuarakan, gempuran belum berhenti. Seruan gencatan senjata hanya terdengar sebagai gema kosong. Di sisi lain, trauma dan penderitaan menumpuk di antara reruntuhan yang membisu.

“Kami hanya ingin hidup seperti manusia,” ucap Amal lirih. “Bukan seperti ini.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *