Di perbatasan Masnaa antara Lebanon dan Suriah, anak laki-laki Amal Ismain, yang berusia 18 tahun meninggalkan daerah itu untuk mencari masa depan yang menurutnya tidak bisa lagi ditawarkan oleh Lebanon. Ini adalah perpisahan yang menyakitkan bagi Ismain.
“Anakku, anakku,” katanya. “Negara ini tidak memiliki masa depan, tidak menyisakan apapun untuk para pemuda.”
Anak perempuannya yang lebih kecil juga berencana untuk pergi ketika ia berusia 18 tahun.
“Ini satu-satunya saudara laki-laki saya, saya tidak punya saudara lain selain dia. Dia pergi untuk melanjutkan pendidikannya, dan saya akan menyusulnya setelah empat tahun. Tidak ada masa depan lagi di Lebanon.”
Keluarga-keluarga lainnya juga akan pergi ke Suriah.
Kawah yang harus mereka lewati, akibat serangan Israel pada tanggal 4 Oktober lalu, merupakan pengingat akan bahaya yang mereka hadapi di Lebanon.
Seorang ayah yang punya lima anak mengatakan bahwa keluarganya memutuskan untuk pergi setelah selamat dari beberapa kejadian yang nyaris mencelakakannya.
“Saya punya anak, kami tidak bisa hanya tinggal di tempat kami. Kami mencoba pergi ke tempat lain, kami pindah dari Baalbak, di mana mereka menyerang di dekat rumah saya. Kami harus pergi lagi, saya punya anak, kami tidak bisa bertahan. Kami pergi ke Suriah karena di sana mungkin lebih aman daripada di tempat kami berada.”
Badan penanganan kemanusiaan PBB, Sabtu (12/10) mengatakan lebih banyak warga Lebanon yang mengungsi saat ini dibandingkan saat perang besar terakhir antara Israel dan Hizbullah pada tahun 2006.
Sekitar 1 juta orang meninggalkan rumah mereka saat itu.
Pengungsi Lebanon Ingin Segera Kembali ke Rumah
Pada hari Senin (14/10), kepala badan pengungsi PBB mengatakan bahwa 270.000 orang telah meninggalkan Lebanon menuju Suriah dan memperingatkan bahwa “krisis pengungsian dapat bertambah parah.“
Suriah telah membuka pintu bagi mereka yang melarikan diri dari Lebanon. Baik pengungsi Lebanon maupun pengungsi Suriah yang kembali ke Suriah membutuhkan bantuan segera.”
Filippo Grandi berbicara di Jenewa pada pertemuan tahunan komisi hak asasi manusia PBB.
Ia melaporkan bahwa 123 juta orang kini mengungsi di seluruh dunia akibat konflik, penganiayaan, kemiskinan dan perubahan iklim.
Grandi mendesak negara-negara untuk memikirkan kembali langkah-langkah perbatasan mereka, dengan mengatakan bahwa memperketat perbatasan merupakan langkah yang tidak efektif – dan terkadang melanggar hukum. [my/lt]