Rektor Harvard Minta Maaf atas Antisemitisme-Islamofobia di Kampus

Rektor Harvard

Presiden Harvard University, Dr. Alan Garber, telah secara terbuka meminta maaf atas kegagalan institusi dalam menangani kasus antisemitisme dan Islamofobia di kampus. Permintaan maaf ini disampaikan setelah dirilisnya dua laporan internal pada 29 April 2025, yang mengungkap budaya ketakutan dan eksklusi yang dialami oleh mahasiswa Yahudi, Muslim, Arab, dan Palestina, terutama setelah protes terkait konflik Israel-Gaza pada Oktober 2023.

“Saya minta maaf atas saat-saat ketika kami gagal memenuhi harapan tinggi yang kami tetapkan untuk komunitas kami,” ujar Garber dalam pernyataannya.

Temuan Laporan Internal

Dua gugus tugas yang dibentuk pada Januari 2024 melakukan lebih dari 500 wawancara dengan anggota komunitas kampus. Laporan mereka mengungkap bahwa:

56% mahasiswa Muslim dan 26% mahasiswa Yahudi merasa tidak aman secara fisik di kampus.

  • Mahasiswa dari berbagai latar belakang merasa tertekan untuk menyembunyikan identitas atau pandangan politik mereka.

  • Kurikulum dan diskusi akademik dianggap bias secara politik, dengan kurangnya representasi perspektif Yahudi, Muslim, dan Palestina.

  • Insiden intimidasi, pelecehan daring, dan doxxing terhadap mahasiswa pro-Palestina maupun pro-Israel dilaporkan.

Langkah Reformasi Harvard

Sebagai respons, Harvard berkomitmen untuk:

  • Mereformasi proses penerimaan mahasiswa untuk menilai keterbukaan terhadap perspektif beragam.

  • Mengadakan pelatihan wajib tentang antisemitisme dan Islamofobia bagi mahasiswa dan staf.

  • Memperluas program studi bahasa Ibrani, Yudaisme, Arab, dan Islam.

  • Meninjau kembali kurikulum, standar pengajaran, dan proses disipliner guna memastikan inklusivitas dan kebebasan akademik.

  • Menegakkan standar netralitas politik yang lebih ketat bagi pengajar.

Tekanan Politik dan Hukum

Laporan ini dirilis di tengah tekanan dari pemerintahan Trump, yang membekukan dana federal sebesar $2,2 miliar untuk Harvard dan menuntut reformasi terkait antisemitisme dan kebijakan penerimaan. Harvard telah menggugat pemerintah federal, menuduh pelanggaran terhadap otonomi akademik dan kebebasan berpendapat.

Sebelumnya, pada Mei 2024, Harvard juga digugat oleh Louis D. Brandeis Center atas tuduhan pembiaran terhadap antisemitisme. Gugatan ini berakhir dengan penyelesaian pada Januari 2025, di mana Harvard menyetujui adopsi definisi antisemitisme dari IHRA, pelatihan wajib, dan pembentukan kantor baru untuk menangani diskriminasi berbasis agama.

Komitmen Masa Depan

Presiden Garber menegaskan bahwa Harvard tidak akan mentolerir kebencian dalam bentuk apa pun dan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kampus yang inklusif dan aman bagi semua. Ia juga menyatakan bahwa reformasi ini akan dipandu oleh rekomendasi dari gugus tugas dan masukan dari komunitas kampus.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat memulihkan kepercayaan dan memastikan bahwa Harvard tetap menjadi tempat bagi dialog terbuka dan pencarian kebenaran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *