Krisis kemanusiaan di Palestina kembali menyita perhatian dunia. Menurut laporan dari berbagai sumber internasional dan regional, jumlah korban jiwa akibat agresi militer Israel telah mencapai lebih dari 53.000 warga Palestina, mencakup perempuan, anak-anak, dan warga sipil tak berdosa lainnya. Serangan udara dan darat yang terus berlangsung memperparah kondisi di Jalur Gaza dan wilayah Tepi Barat.
Menyikapi tragedi yang terus memburuk ini, Liga Arab segera mengadakan Konferensi Internasional Darurat yang dihadiri oleh para kepala negara dan menteri luar negeri dari negara-negara anggota. Agenda utama konferensi adalah mendorong penghentian agresi, mendesak gencatan senjata, serta mencari jalan diplomatik untuk solusi permanen atas konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini.
Dalam pernyataannya, Sekretaris Jenderal Liga Arab menyebut bahwa jumlah korban yang sangat besar tersebut merupakan “pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia.” Ia juga menegaskan pentingnya keterlibatan PBB dan negara-negara besar dalam menekan Israel agar menghentikan serangan yang menargetkan wilayah sipil.
Sementara itu, masyarakat dunia terus menyuarakan solidaritas terhadap Palestina. Demonstrasi, aksi solidaritas, dan kampanye sosial media menggema di berbagai belahan dunia sebagai bentuk dukungan untuk menghentikan kekerasan.
Dengan meningkatnya tekanan internasional dan fokus global terhadap tragedi kemanusiaan ini, dunia kini menunggu: akankah konferensi Liga Arab ini membawa hasil nyata, atau kembali berakhir sebagai pertemuan tanpa aksi?
