Nepal tengah diguncang gelombang protes besar-besaran yang didominasi oleh generasi muda, terutama Gen Z. Ribuan pemuda turun ke jalan, menyuarakan kemarahan dan kekecewaan mereka terhadap berbagai isu sosial dan politik yang selama ini dianggap tak tersentuh. Uniknya, salah satu pemicu utama kemarahan ini datang dari tren daring seperti #NepoBaby dan #NepoKids, yang menjadi simbol ketimpangan sosial dan politik di negara tersebut.
Berikut adalah 7 alasan utama mengapa Gen Z Nepal turun ke jalan:
1. Pemblokiran Media Sosial Secara Mendadak
Pemerintah Nepal secara tiba-tiba memblokir berbagai platform media sosial populer seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan YouTube. Bagi Gen Z yang tumbuh dan hidup di dunia digital, ini dianggap sebagai bentuk pembungkaman dan sensor terhadap kebebasan berekspresi. Langkah ini menjadi pemicu langsung kemarahan massal.
2. Korupsi yang Terus Merajalela
Selama bertahun-tahun, rakyat Nepal menyaksikan praktik korupsi yang mengakar di berbagai lapisan pemerintahan. Kasus-kasus besar sering kali berakhir tanpa kejelasan. Gen Z merasa bahwa mereka mewarisi negara yang dikendalikan oleh elit politik korup, dan mereka tidak mau diam lagi.
3. Fenomena #NepoBaby dan #NepoKids
Tren ini berawal dari kekecewaan terhadap anak-anak pejabat tinggi yang hidup mewah di luar negeri, mengenakan barang-barang bermerek, berlibur ke negara-negara elit, sementara anak-anak rakyat biasa harus berjuang demi hidup. Ungkapan seperti “anak pejabat pulang bawa tas Gucci, anak rakyat pulang dalam peti mati” menjadi simbol perlawanan terhadap ketimpangan sosial dan nepotisme yang merajalela.
4. Pengangguran Tinggi di Kalangan Anak Muda
Nepal menghadapi krisis pengangguran, terutama di kalangan pemuda usia produktif. Banyak lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan banyak yang memilih menjadi buruh migran di luar negeri demi penghasilan. Ini menciptakan perasaan frustrasi dan kehilangan harapan akan masa depan di dalam negeri.
5. Ketimpangan Ekonomi yang Makin Nyata
Ketika sebagian kecil elite hidup dalam kemewahan, mayoritas rakyat hidup dalam kesulitan ekonomi. Kesenjangan yang mencolok ini makin terasa di era media sosial, di mana gaya hidup mewah para elit bisa dilihat secara langsung oleh publik, terutama generasi muda yang kritis.
6. Kebangkitan Kesadaran Politik di Kalangan Gen Z
Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z adalah generasi yang lebih terdidik, melek teknologi, dan berani menyuarakan pendapat. Mereka tidak takut melawan sistem yang dianggap tidak adil, dan mulai membentuk gerakan politik akar rumput yang mandiri dan terorganisir.
7. Tuntutan Reformasi Sistem Politik
Protes ini bukan sekadar soal pemblokiran internet atau kemarahan sesaat. Banyak di antara mereka menuntut perubahan sistem politik secara menyeluruh, termasuk pembubaran parlemen dan penyusunan ulang konstitusi yang dianggap tidak lagi relevan dengan kebutuhan rakyat saat ini.
Penutup
Gelombang protes yang dipelopori oleh Gen Z di Nepal menandai babak baru dalam perjuangan rakyat muda melawan ketidakadilan sosial, ekonomi, dan politik. Dengan semangat yang terbentuk dari dunia digital dan semangat solidaritas global, mereka tidak lagi sekadar menjadi penonton — mereka telah menjadi pelaku perubahan. Dan lewat simbol seperti #NepoBaby, mereka mengubah kemarahan menjadi gerakan.