Abbas akan Kunjungi Lebanon untuk Lucuti Senjata Faksi-faksi Perlawanan Palestina

Abbas akan Kunjungi Lebanon

BeirutPresiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dikabarkan akan melakukan kunjungan ke Lebanon dalam waktu dekat dengan misi yang cukup sensitif: melucuti senjata faksi-faksi perlawanan Palestina yang berada di kamp-kamp pengungsi di negara tersebut.

Langkah ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama dari kelompok-kelompok yang selama ini dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap pendudukan Israel. Sementara pihak Otoritas Palestina menyebutkan kunjungan ini sebagai bagian dari “penataan keamanan dan konsolidasi nasional,” banyak pihak melihatnya sebagai upaya untuk menghapus poros perlawanan dari luar Tepi Barat dan Gaza.

Kamp-kamp Palestina di Lebanon: Gudang Ketegangan Sejak Lama

Di Lebanon, terdapat belasan kamp pengungsi Palestina, yang beberapa di antaranya telah menjadi basis pertahanan dan latihan militer kelompok seperti Fatah al-Intifada, Hamas, Jihad Islam, hingga kelompok-kelompok independen pro-perlawanan.

Selama beberapa dekade, pemerintah Lebanon menerapkan kebijakan tak langsung terhadap kamp-kamp ini, membiarkan faksi-faksi tersebut mengelola keamanan internal mereka sendiri. Namun ketegangan kerap meletus, termasuk bentrokan antar faksi maupun konflik bersenjata dengan militer Lebanon.

Agenda Abbas: “Disiplin Nasional” atau Penyerahan?

Menurut sumber-sumber diplomatik, Abbas akan mendesak pelucutan senjata faksi-faksi bersenjata di kamp Ain al-Hilweh dan Burj al-Barajneh, dua kamp paling sensitif yang dikenal sebagai benteng perlawanan.

Dalam pernyataannya kepada media Ramallah, seorang pejabat senior Otoritas Palestina menyebut kunjungan Abbas bertujuan “menghentikan penggunaan senjata secara ilegal dan memperkuat kedaulatan nasional Palestina melalui pendekatan diplomatis.”

Namun di lapangan, narasi ini dibantah keras oleh perwakilan kelompok perlawanan. Seorang juru bicara Hamas di Beirut menyebut langkah tersebut sebagai penghianatan terhadap perjuangan Palestina”, dan menuduh Abbas bermain di bawah tekanan Israel dan Barat.

Reaksi Masyarakat Palestina di Lebanon

Banyak warga Palestina di Lebanon merasa kunjungan Abbas tidak mewakili suara rakyat Palestina secara keseluruhan. Di beberapa kamp, pamflet dan mural telah dipasang, berisi kecaman terhadap rencana pelucutan senjata. Di Ain al-Hilweh, warga menyebut senjata mereka bukan simbol kekacauan, melainkan satu-satunya alat pertahanan diri sejak diusir dari tanah air mereka pada 1948.

Kalau kami disuruh menyerahkan senjata, bagaimana kami akan bertahan? Kami bahkan tak punya kewarganegaraan penuh di Lebanon,” ujar seorang pemuda pengungsi kepada media lokal.

Manuver Politik atau Misi Perdamaian?

Pengamat Timur Tengah menilai langkah Abbas sebagai bagian dari konsolidasi politik menjelang perubahan geopolitik di kawasan. Beberapa analis melihatnya sebagai sinyal ke negara-negara Arab moderat dan Barat bahwa Otoritas Palestina berkomitmen pada jalur diplomasi, bukan perlawanan bersenjata.

Namun risiko politiknya besar. Jika faksi-faksi perlawanan memutuskan untuk menolak rencana Abbas secara terbuka, bentrokan internal bisa saja pecah. Situasi ini juga dapat membuka celah bagi intervensi eksternal, baik dari Israel maupun kekuatan regional lainnya.

Penutup

Kunjungan Abbas ke Lebanon jelas bukan sekadar perjalanan diplomatik biasa. Di balik upaya pelucutan senjata, tersembunyi pertarungan wacana antara perlawanan dan negosiasi, antara identitas Palestina sebagai bangsa terjajah dan elite politik yang ingin meredam konflik.

Apakah langkah ini akan membawa perdamaian atau justru membuka babak baru perpecahan di kalangan Palestina? Dunia akan mengamati dengan cermat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *